MULIAKAH KITA?
Tak ada sekolah khusus jurusan orang tua. Padahal
ini adalah ‘jurusan profesi’ yang
dilalui banyak orang. Betapa banyak keliru dilakukan, kemudian menyesal
di hari kemudian. Di media sosial, diskusi
tentang orang tua yang toxic
(membawa pengaruh buruk pada anak) diangkat oleh remaja dan orang dewasa yang
memiliki pengalaman diasuh dengan pola yang meninggalkan jejak trauma. Mereka
menuliskan kecaman dan penyesalan karena telah mengalami hal buruk yang melukai
jiwa.
Ungkapan mereka memancing perdebatan.
Sebagian menyayangkan dan menganggap mereka melupakan jasa orang tua, menjadi
anak durhaka, dan merendahkan martabat orang tua. Sebagian menganggap tak apa dan
sah-sah saja melakukan ini karena realitasnya demikian adanya. Situasi ini menimbulkan
pertanyaan dalam diri: sudahkah menjadi orang tua yang layak dimuliakan?
Fatherless Country
Indonesia dikatakan sebagai negera
yang ‘fatherless’, dan menempati urutan ketiga.
Retno Listiyarti, dari Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyatakan
bahwa ‘Fatherless diartikan sebagai anak
yang bertumbuh kembang tanpa kehadiran ayah, atau anak yang mempunyai ayah tapi ayahnya tidak
berperan maksimal dalam proses tumbuh kembang anak (pengasuhan). ‘
Dalam
Al Quran, terdapat 14 dialog pengasuhan antara Ayah dan anak dari 17 dialog
pengasuhan yang ada. Namun ironisnya, perhatikanlah acara-acara parenting di
sekolah-sekolah atau lembaga sosial lainnya. Rata-rata yang hadir adalah ibu.
Sebuah penelitian pernah dilakukan oleh Bunda Elly Risman dari tahun 2008 –
2010, dengan 33 provinsi sasaran studi. Dari hasil penelitian itu, dikatakan
bahwa Indonesia menjadi salah satu negara paling ‘yatim’ sedunia. Waktu bertemu Ayah dan anak hanya 65 menit
perhari. Padahal , dalam keluarga, Ayah memegang tiga peranan penting,
yaitu:
1.
sebagai kepala
keluarga dan teladan,
2.
sebagai pencari
nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga,
3.
sebagai pendidik
anak dan pemberi nasihat,
4.
sebagai
pelindung keluarga dan pemberi kasih sayang,
Posisi sebagai teladan
menjadi kata kunci dalam pembentukan karakter anak di rumah, lalu dibawa ke
lingkungan berikutnya: keluarga besar, tetangga, sekolah, dan seterusnya.
Orang Tua Durhaka
Umar bin Khottob pernah menegur orang
tua yang tidak memenuhi kewajiban pengasuhan yang sesuai dan dijuluki ‘orang tua durhaka’. Ada beberapa
ciri orang tua yang durhaka, menurut Ustaz Ali Jaber (almarhum). Mari kita
kenali satu per satu.
Pertama,
mencaci maki anak. Sebutan dan
julukan buruk pada anak akan melukai jiwa, mengerdilkan harga diri dan memupuk
dendam.
Kedua,
menghina anak. Apalagi jika
menghina di depan orang lain. Penghinaan ini akan menimbulkan permusuhan dalam
hati.
Ketiga,
membandingkan anak dengan orang lain.
Setiap anak terlahir unik, memiliki kelebihan dan kekurangan khasnya masing-masing.
Tak ada gunanya berusaha menyamakan satu dan lainnya, karena akan menimbulkan
kekecewaan,
luka, dan kelelahan tak berkesudahan.
Keempat,
cinta dengan syarat. Seringkali
secara halus, bagian ini diatasnamakan ‘untuk memotivasi’. Misalnya, mengatakan
: Ibu akan sayang jika kamu rajin mengaji. Sekilas kalimat ini terkesan baik,
padahal ia memberi beban pada kegiatan mengaji.
Katakan saja sayang tanpa syarat apa –apa. Nasihatilah ia untuk mengaji dengan
tujuan yang lebih tinggi lagi, yang akan membuatnya memiliki alasan besar mengapa harus mengaji.
Kelima,
menyampaikan informasi yang salah.
Misalnya, laki-laki tidak boleh menangis, hanya perempuan yang pantas.
Menangis, secara psikologis, menjadi katarsis yang baik untuk melepas
kesedihan, kekecewaan, dll. Asal dilakukan secara proporsional, tak ada yang keliru
dengan laki-laki yang menangis.
Keenam,
mengancam dan melarang tanpa penjelasan alasan yang tepat. Cara orang tua mengomunikasikan alasan perintah dan penjelasan tentang larangan akan
menentukan bertumbuhnya cara berpikir
kritis anak. Carilah lebih dahulu penjelasan ilmiah agar anak juga terbiasa
berpikir ilmiah dari hal sederhana.
Ketujuh,
membongkar aib anak. Tindakan ini
menghancurkan kepercayaan terhadap orang tua. Perasaan dikhianati, tidak
dilindungi, merupakan bibit turunnya penghormatan anak pada orang tua.
Kedelapan,
berdoa dengan doa buruk. Emosi
sering membawa lidah pada kata-kata yang buruk. Kendalikan emosi dengan trik
tertentu. Bagian
ini sudah banyak sekali dibahas dalam parenting, baik dalam seminar maupun
berupa tulisan.
Landasan Kemuliaan
Dihormati
karena harta, ia bisa lenyap. Dihormati karena kekuatan, ia juga akan melemah
seiring usia. Dihormati karena jabatan, ia dihentikan oleh ‘purna tugas’.
Dihormati karena keindahan fisik, ia akan kisut keriput.
Landasan
penghormatan yang paling mulia adalah ketakwaan. Allah Ta’ala berfirman,
ÙŠَا بَÙ†ِÙŠ Ø¢َدَÙ…َ Ù‚َدْ Ø£َÙ†ْزَÙ„ْÙ†َا
عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ Ù„ِبَاسًا ÙŠُÙˆَارِÙŠ سَÙˆْØ¢َتِÙƒُÙ…ْ Ùˆَرِيشًا ÙˆَÙ„ِبَاسُ التَّÙ‚ْÙˆَÙ‰ Ø°َÙ„ِÙƒَ
Ø®َÙŠْرٌ
“Hai anak Adam, sesungguhnya
Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah
untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah
yang paling baik.” (QS. Al-A’raf: 26).
Mulia karena taqwa
mendatangkan ketentraman, kenyamanan, keamanan dan keselamatan. Predikat mulia
dengan landasan ini adalah sebaik-baik dan sekukuh-kukuh alasan. Walau tak ada sekolah khusus menjadi
orang tua, Allah Subhanahu wata’ala telah menyediakan guidance dan tuntunan yang lengkap bagaimana menjalankan peran
sebagai orang tua.
Kembali pada agama, pelajari
dengan sungguh-sungguh, dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di rumah,
anak akan melihat secara utuh sosok orang tua yang qur’ani, pembelajar yang
tekun, pekerja keras, penjungjung kebaikan, melakukan perbaikan, dan membenahi
kesalahan. Orang tua disibukkan dengan
aktivitas dalam kerangka taat dan tobat.
Rumah demikian sungguh
indah. Orang tua demikian sungguh mulia. Semoga demikianlah diri ini dibentuk,
agar pengasuhan menjadi wasilah menuju syurga. Allahummaa aammin.
By the way, foto di atas cuma pemanis. Foto terbaru menjelang pernikahan Nabila. InsyaaAllah akan berfoto lagi dengan tambahan satu personal lagi, yaitu menantu. Ah, masyaaAllah, betapa cepat waktu berlalu. Tepat di usia pernikahan ke 25, tanggal 5 Januari 2025, Nabila bersuamikan Singgih, yang dikenalkan melalui proses taaruf. MAsyaaAllah.
Tidak ada komentar: